Hari ini tak lagi sama dengan hari yang lalu, saat dimana dirimu masih hadir di tengah-tengah kami.
Rasanya masih seperti mimpi…
Senin, 28 Juli 2014 saat para sahabat merayakan hari raya Idul Fitri, kau menghembuskan napas terakhirmu, berpulang ke rumah Bapa.
Maafkan aku, jika aku masih sering menangis diam-diam saat mengingatmu, pun saat membuat tulisan ini.
Bukan karena aku tidak mengikhlaskan kepergianmu, hanya saja kenangan tentangmu masih begitu kuat mengusikku. Senyum dan tawamu masih melekat erat di benakku. Begitu juga saat menatap foto-fotomu, berbagai benda pemberianmu dan terutama sms darimu yang masih ada di hpku, membuatku merindukanmu, sangat merindukanmu. Apakah kau merindukanku juga?
Tuhan sayang kau, Kak…
Dia sudah membebaskanmu dari segala kesakitan dan penderitaan hampir 10 tahun lamanya, melawan kanker itu.
Sekarang jarum-jarum dan selang infus tidak akan mengoyak tubuhmu lagi.
Sekarang kau tidak perlu melakukan serangkaian pemeriksaan dan kemoterapi yang membuatmu tersiksa.
Betapa hatiku ikut teriris saat kau bertanya dengan suara lirih kepadaku, “Apakah wajah dan diriku begitu aneh sekarang ini, sampai banyak orang memandangku bagai makhluk asing saja?”
Tuhan sayang kau, Kak…
Ya, sekarang kau tak perlu merasakan kesedihan karena pandangan aneh orang-orang yang melihat tubuh kurus dan kepalamu yang gundul akibat kemo. Mereka tak tau semua perjuanganmu yang teramat berat itu, agar bisa terus mendampingi orang-orang yang kau cintai. Mereka mungkin tak tau semua itu.
Kaupun sering bernyanyi, lagu anak-anak maupun lagu rohani yang bernada riang. Lagi-lagi, banyak yang memandangmu dengan aneh. Padahal kau hanya berusaha untuk membuat hatimu selalu gembira dan tetap bersyukur kepadaNya. Kau bilang, “Hati yang gembira adalah obat..” Kau berjuang untuk tetap hidup. Apa yang salah? Apa yang salah denganmu? Ah, mereka hanya tak tau itu.
Kau seorang wanita yang tabah dan kuat, yang hanya ingin dipahami dan dimengerti … bukan dikasihani.
Kau sungguh seorang wanita yang tabah dan kuat. Bahkan saat-saat kau sedang dalam kondisi sakitpun, kau tetap aktif dalam kegiatan gereja, berkeliling membantu menyelesaikan tugas-tugas di lingkunganmu.
* Kue tart buatan Kakak saat ultah anakku *
18 Oktober nanti adalah ulang tahunmu yang 45. Kita tak sempat merayakannya bersama, Kak. Tapi kau bisa merayakannya bersama para malaikat di surga dan bernyanyi riang bersama mereka.
O’ya 4 tahun lalu kau berkata pada Mama, akan membuat kue tart yang besar sekali untuk ulang tahun pernikahan Mama Papa yang ke 50 tahun 2017 nanti. Ternyata, kau lebih dulu pergi meninggalkan kami. Tapi pasti kau akan tetap membuat kue tart besar yang indah dan mengirimkannya kepada Mama Papa lewat mimpi, ya?
Sedang apakah kau disana sekarang, Kak?
Sedang bernyanyi?
Sedang membuat kue?
Atau sedang curhat dengan para malaikat di sana?
Sekarang, setiap kali aku memandang langit biru, seakan aku melihat wajahmu yang sedang tersenyum kepadaku.
Maafkan kami yang tak bisa menahan jatuhnya air mata saat mengiringi kepergianmu. Kepergianmu memang menyisakan kesedihan yang mendalam bagi orang-orang yang mengenalmu. Tapi kami tak ingin memberatkan kepergianmu. Kami akan ikhlas, karena kami tau, kau pasti akan lebih bahagia di tempat kediamanmu yang baru.
Sekarang, kami tak bisa lagi melihatmu,
Kami tak bisa lagi merasakan enaknya kue-kue buatanmu,
Kami tak lagi bisa mendengar suaramu,
Tapi percayalah, cintamu akan selalu hidup dalam hati kami masing-masing.
Sampai Tuhan mempertemukan kita kembali, suatu saat nanti…
Doa kami untukmu, semoga kau bahagia dan damai di sana.
Selamat jalan kakakku tercinta,
Perjuangan dan semangatmu yang gigih, kepasrahan dan kesetiaanmu pada Tuhan akan selalu menjadi inspirasi bagi kami semua.
Beristirahatlah dengan tenang dan damai di sisi Bapa di surga.
Selasa, 6 Agustus 2014 – hari ke 10 kepergian Kakak tercinta
Adikmu yang rindu
Turut berduka cita atas kepergian kakaknya, mak Liany. Semoga beliau diterima di sisi Tuhan YME. Sabar ya, mak
Amin. Makasih makpon
Ikut berduka cita ya Mak, tetap semangat.
Iya mak Dey, makasih ya
Turut berduka cita Mak Lianny. Benar, Tuhan sayang pada anak-Nya dengan berbagai cara termasuk melepaskannya dari kesakitan. Jesus bless 🙂
Makasih Winda, JBU too
Turut berdukacita, Mak. Semoga keluarga dianugerahi ketabahan. *peluk Mak Lianny* *tear*
amin. Makasih mak Haya *peluk balik
saat mengenang saudari yang sudah pergi mendahului kita, alangkah indahnya bila selalu diiringi doa untuk almarhumah, semoga Allah melapangkan jalan almarhumah menuju surga-NYA…., jadi teringat saudariku yg juga pergi saat sedang dalam perawatan kemotherapy 🙁
keep happy blogging always..salam dari Makassar
Iya, benar.
Makasih kunjungannya
Turut berduka cita Mbak, semoga almarhumah diterima disisiNya dan keluarga yang ditinggalkan diberi ketabahan 🙁
Amin. Makasih mak Esti
Turut berduka cita, ya, Mak. Memang sudah jalannya, DariNya kita datang, KepadaNya pula kita kembali. Dan kita bisa berdo’a untuk ketenangannya di alam sana serta berdo’a untuk keluarga yang ditinggalkan semoga diberi ketabahan. 🙁
Amin. Makasih mak Elisa
Turut berduka cita ya mak *peluk*
Makasih mak *peluk balik
Turut berduka cita y mak
Makasih mak
turut berduka cita ya, Mak Lianny.
Makasih mak Novi
turut berdukacita ya mak lianny 🙁
Makasih mak Rodame
*peluk*
*peluk balik mbak La
turut berduka cita mak
Makasih mak
Mbak.. AKu turut berduka cita.. Sampe nangis bacanya.
Peluk dari jauh.
Makasih mak Eka *peluk balik
Turut berduka cita, Mbaa. Btw, tgl lahirnya sama dengan saya, 18 Okt. Hehehe
Makasih Idah. Wah, sama ya tanggal lahirnya 🙂
Ikut belasungkawa ya Jeng
Pengakuan Tuhan sayang kau, kak….bagian terindah doa seorang adik.
Makasih
Baru baca ini mba..
Turut berduka cita ya mba..
terima kasih
sedih bacanya :(… ga kebayang kalo kehilangan saudara kandung yg disayang mbak.. krn adik2 ku masih lengkap semuanya.. ngebayanginnya aja udh berasa skit yaa.. 🙁