Tulisan Yang Menang Lomba/GA

Cinta Membuatku Berharga

 

peace3Sumber

 

Kamu tidak bisa apa-apa!

Satu kalimat ini yang selalu melekat dalam hati dan pikiranku. Memang benar, kita harus berhati-hati dengan perkataan yang kita ucapkan, karena kita tak tau apakah perkataan itu nantinya akan melukai orang lain atau tidak. Ada yang bilang bahwa apa yang kita ucapkan adalah sebuah doa, maka hendaknya kita berhati-hati dalam berbicara, perkataan positiflah yang sebaiknya kita ucapkan.

Dulu, saat aku masih kecil. Orang tuaku sering berkata kalau aku ini anak yang tidak bisa apa-apa. Tidak cuma sekali, berkali-kali kata-kata itu terucap yang mengakar kuat dalam hatiku dan akhirnya menjadi keyakinanku juga, bahwa aku ini memang tidak bisa apa-apa. Aku ini anak yang tidak berguna.

Memang setelah dewasa, aku tidak pernah mendengar kata-kata itu lagi. Mungkin saat itu orang tuaku tidak kalau efek dari perkataan itu demikian besar. Aku tidak menyalahkan mereka, tapi kata-kata itu sudah meracuni hati dan pikiranku kala itu. Aku hanya merasa diriku tidak berharga. Aku benci pada diriku sendiri.

Aku yang memang pada dasarnya seorang yang pendiam akhirnya menjadi lebih pendiam dan tertutup. Apalagi saat aku di bangku SMP, hampir setiap hari aku melihat kedua orang tuaku bertengkar. Selalu saja ada masalah kecil yang akhirnya menjadi sebuah pertengkaran hebat. Aku bukan seorang anak yang bisa dengan cuek mengabaikan pertengkaran itu. Aku selalu menutup kedua telingaku rapat-rapat saat pertengkaran itu dimulai, kadang kusumpal telingaku dengan kapas sampai telingaku terasa panas terbakar. Aku biasanya lari ke kamar mandi belakang dan berjongkok di sana sambil menangis diam-diam. Tapi kemanapun aku meringkuk bersembunyi, suara pertengkaran itu tetap terdengar.

Anak mana yang menginginkan keadaan seperti itu? Tidak ada! Tak ada satupun anak yang menginginkan orang tuanya bertengkar. Tapi inilah kenyataan yang harus kuhadapi. Aku tidak tahu harus bercerita kepada siapa, tidak ada tempat buatku mengadu. Kedua kakakku sudah kuliah di luar kota, tinggal aku dan adikku. Adikku saat itu masih kecil dan tidak mengerti dengan keadaan saat itu, dia tetap saja bersikap biasa, bermain gembira seperti biasanya. Tinggal aku sendirian yang tidak tahu harus bersikap apa. Aku terlalu takut untuk melerai pertengkaran mereka, aku terlalu takut untuk mengemukakan pendapatku … yah aku memang orang yang penakut.

Saat itu aku sampai ingin sekali keluar dari rumah, agar aku juga bisa keluar dari semua pertengkaran itu. Aku ingin melarikan diri dari rumah, tapi jika aku melakukannya, aku tidak tahu harus kemana dan minta tolong kepada siapa. Aku ingin cepat besar, cepat kuliah seperti kedua kakakku agar aku tidak lagi melihat pemandangan yang buatku sangat tidak menyenangkan. Tetapi tentu saja aku tidak bisa mengubah waktu menjadi lebih cepat, inilah kenyataan yang harus kuhadapi. Aku harus kuat menjalani semua ini dan tidak bisa melarikan diri. Aku bersembunyi di balik topeng senyumku. Aku menangis di balik tawa pura-puraku.

Aku sudah terbiasa menyimpan perasaanku sendirian tanpa seorangpun tahu, tidak ada yang bisa menebak ekspresi mukaku saat itu, satu-satunya yang tahu mungkin hanyalah Tuhan karena Dialah sahabat setiaku.

Hanya Tuhanlah yang tahu, karena hanya Tuhanlah tempatku mengadu, tempat aku mencurahkan semua kesedihan hatiku, tempat aku berharap dan memanjatkan doa-doa permohonanku.

Aku bersyukur sekali karena akhirnya saat aku duduk di SMA orang tuaku tidak sering bertengkar lagi, hanya sekali-kali saja dan itupun bukan pertengkaran hebat seperti sebelum-sebelumnya. Meskipun demikian aku tetap menjadi pribadi yang kurang terbuka dengan orang lain dan cenderung menutup diri.

Aku sangat pandai menyimpan rahasia. Banyak juga teman yang curhat padaku tanpa harus khawatir rahasia mereka akan tersebar. Aku adalah seorang pendengar yang baik, tapi kurang bisa memberikan solusi bagi permasalahan mereka. Aku lebih senang mendengarkan cerita daripada aku yang harus bercerita.

Seiring waktu yang berjalan, tahun demi tahun kehidupan yang kujalani, aku berusaha melupakan masa lalu dan mengenyahkan semua perasaan bahwa aku tidak berguna, bahwa aku ini tidak bisa apa-apa, tapi itu sangat sulit sekali. Masa-masa kuliah pun kulewati … Seringkali saat aku ujian, aku merasa aku tidak bisa mengerjakannya, kalau ada teman yang bertanya apa aku bisa mengerjakan ujianku? Aku menjawab tidak, meskipun pada akhirnya nilaiku lumayan bagus hasilnya. Aku bukan mau membohongi mereka, tapi aku memang sungguh-sungguh merasa tidak bisa, mungkin perasaan bahwa aku tidak berguna itulah yang terus membayangiku dan tidak bisa kusingkirkan.

Sampai akhirnya aku menikah …

Aku menghabiskan hari-hariku mengurus ketiga anakku, mendampingi dan melihat mereka bertumbuh dari mulai bayi sampai beranjak remaja, ada setetes embun kebahagiaan dan keharuan yang bergulir di hatiku. Aku menemani ketiga anakku bermain dan belajar, mendongeng saat mereka akan tidur, memasak masakan kesukaan mereka, ah ternyata … aku masih berguna bagi anak-anakku ….

Aku juga bersyukur sekali mempunyai seorang suami yang mengerti dan memahami semua sifatku. Bersyukur sekali aku mempunyai seorang suami yang mecintaiku dengan segala kelebihan dan kekuranganku. Bersyukur sekali aku mempunyai seorang suami yang sangat sabar dan senantiasa memberi semangat kepadaku.

Inilah yang perlahan mulai menguatkan aku untuk menyingkirkan perasaan tidak berguna yang melingkupiku bertahun-tahun lamanya. Perlahan-lahan suatu keyakinan baru mulai muncul dari dalam hatiku, ternyata aku ini masih berguna, paling tidak bagi keluargaku, suami dan anak-anakku tercinta.

Pikiranku mulai terbuka. Tuhan menciptakan manusia itu baik adanya. Tiap pribadi itu unik, dengan segala kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Aku saja yang kurang bersyukur selama ini. Ah, ampuni aku Tuhan. Sungguh aku tidak bersyukur dengan kehidupan yang telah Kau beri. Mulai sekarang aku akan berusaha untuk membuang jauh-jauh pikiran negatif dan akan mencoba untuk selalu berpikir positif.

Sungguh suatu perjuangan yang teramat berat untuk mengalahkan dan memenangkan diri sendiri. Tapi perlahan, aku mulai bisa mencintai dan berdamai dengan diriku sendiri. Rasanya begitu bahagia bisa mengalahkan dan mengenyahkan semua kebencian, ketakutan dan ketidak percayaan diriku itu.

Ya, bersyukur dan selalu bersyukur di setiap keadaan apapun dan menyerahkan diri sepenuhnya pada kehendak Tuhan, memang hal yang utama untuk bisa mencintai dan berdamai dengan diri sendiri.

Jadi 3 hal ini memang bagiku penting untuk bisa mencintai dan berdamai dengan diri sendiri : bersyukur, move on dari masa lalu dan selalu mencoba untuk berpikir positif.

 

family

* Cinta membuatku berharga. I love you all *

 

Mungkin aku tidak punya keahlian yang istimewa, tapi aku punya cinta.

Masakanku bukan masakan ala cheft hotel bintang lima, tapi aku masih bisa memasak masakan sederhana kesukaan suami dan anak-anakku, dan merasa bahagia melihat mereka lahap memakan masakanku.

Aku masih bisa membuatkan secangkir kopi hitam pahit kesukaan suamiku tiap pagi.

Aku masih bisa menemani anak-anakku bermain dan belajar setiap hari.

Aku masih mempunyai keluarga dan teman-teman baik di sekelilingku.

Aku masih bisa melantunkan doa setiap hari untuk keluargaku.

Terutama sekali, aku masih mempunyai Tuhan yang selalu ada di sisiku.

 

peace1Sumber

 

Sekarang aku tidak akan pernah membenci diriku lagi. Aku akan belajar dari pengalaman masa lalu. Ah, betapa bahagianya bisa berdamai dengan diri sendiri. Cinta dari Tuhan, suami dan anak-anakku membuatku begitu berharga. Terima kasih Tuhan…

 

Postingan ini untuk mengikuti giveaway echaimutenan

 

14 Comments

  1. Rizkylendes February 6, 2015
    • Lianny February 9, 2015
  2. jan February 8, 2015
    • Lianny February 9, 2015
  3. cputriarty February 8, 2015
    • Lianny February 9, 2015
  4. Lidya February 8, 2015
    • Lianny February 9, 2015
  5. evisrirezeki February 9, 2015
    • Lianny February 9, 2015
  6. irma senja February 11, 2015
  7. Edi Padmono February 15, 2015
  8. echaimutenan March 3, 2015
    • Lianny March 4, 2015

Leave a Reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.