Aku bergegas mengikat kardus-kardus bekas dan memasukkan barang-barang rongsokan ke dalam karung untuk segera kujual. Tiba-tiba pandanganku tertuju pada sebuah kendi yang tergeletak bersama barang rongsokan lainnya.
Kendi apa ini? Menurut dongeng, kalau digosok tiga kali akan keluar jin yang bisa mengabulkan semua permintaan. Coba ah ….
Aku menggosok kendi itu dengan hati-hati. Tiba-tiba keluar asap dari kendi itu …
Seorang nenek berwajah menyeramkan muncul di depanku. Aku terlompat kaget.
Woah… mukanya serem banget! Hiyy .. seperti nenek sihir!
Hampir saja aku mau lari tunggang langgang, tapi suara nenek itu seakan menyihirku, membuatku terpaku, diam.
“Kenapa kau ganggu rumahku, kau sudah mengusik tidurku!”
“Maaf .. maaf .. aku ingin makan ayam goreng. Apakah nenek bisa mengabulkan permintaanku, aku lapar sekali.” Kuberanikan diri menatap mata nenek yang menyeramkan itu.
“Boleh, tapi setelah itu ganti kau yang harus menuruti perintahku, setuju?” nenek itu menyeringai.
Aku mengangguk cepat. Rasa lapar mengalahkan ketakutanku.
Yang penting makan dulu ah.
Tring ..
Di hadapanku muncul ayam goreng beserta sepiring penuh nasi yang masih hangat. Cepat kuhabiskan semua makanan itu dalam waktu singkat. Hhh, kenyang ….
“Sekarang ganti kau yang harus menuruti perintahku.”
“Nenek minta apa sih?”
“Aku minta darah manusia yang masih segar.”
“Apa!” teriakku kaget.
“Darah manusia yang masih segar pasti lezat. Aku ingin darahmu anak muda hi hi hi…” tawa nenek itu sangat menyeramkan.
Nenek tua itu mulai mendekatiku, mengulurkan tangannya yang berkuku panjang dan hitam ke arahku ..
“Aaahhhh!”
“Udin bangun! Ayo bangun! Kenapa teriak-teriak?!” Ibu mengguncangkan tubuhku keras-keras.
Ya Tuhan, aku bermimpi rupanya. Hhhh, untung cuma mimpi.
Aku ketiduran diantara tumpukan kardus dan barang bekas yang akan kujual.
“Disuruh kerja malah tidur. Ayo cepet bereskan kardus dan barang bekas itu, keburu sore nanti,” omel ibu.
Aku bergegas memasukkan barang-barang bekas kedalam karung, sekonyong-konyong sesuatu menggelinding jatuh . Sebuah kendi.
Tubuhku gemetar ketakutan.
“Ampun … ampun!!” aku segera berlari, meninggalkan semua barang itu berserakan kembali di tanah.
“Udin! Mau kemana kau! Kembali!!” Ibu tergopoh mengejarku.
Word: 292
Kritikku di sini sama kayak di blog mak Hana. Ekspresi si manusia ketika melihat jin keluar dari kendinya, ga ada. Mestinya kan, sewajarnya, kita kaget ya. Meskipun awalnya udah berharap2 bakalan ada jin keluar beneran, tetap aja pas keluar itu mestinya sih kaget. Apalagi yang keluar itu nenek2. Hiyaaahh.. bisa lari terbirit2 kali, ga ajadi makan ayam seekor, apalagi ditungguin gitu makannya. Hiiiyy..
Anyway, cerita oke (y). Cepet balik ya, bantuin ibu beberes mau jualan. :p
Eh.. iya, makasih mak Isti kritikannya, udah kuedit.
Si Udin masih ngumpet mak he he ..
hihiihii lucu kok jadi inget udin sedunia haha
Jin nya mak Hana lebih lucu lagi he he ..
ternyata hanya mimpi ya mak 🙂 bagus ff-nya
Makasih, iya cuma mimpi doang 🙂
ha ha Udin…Udin…btw, nice idea mbak…:-)
Makasih mbak Nunung .. 🙂
ada emas rongsok g mak? hihi
gak ada mbak, adanya kendi hi hi .. 🙂
hehehe… kasian si Udin, terbayang-bayang sama mimpinya 🙂
bagus mbak ceritanya.
Thx. Iya nih si udin masih kebayang si nenek sihir 🙂
Udin, udin. berarti yang aku baca udah diedit ya, udah ada reaksinya ketemu jin penunggu kendi, dibacanya enak Mak 😀
Makasih mak, iya sudah kuedit 🙂
Aduh mak! Kok merinding baca endingnya..
😀
Lho kok bisa merinding sih mak?
hehe… lumayan.
he he he … 😀
udin… ayam gorengnya enak ya? *lhoh kok nanya?*
Mak Carra mau? Ambil aja deh mak 🙂
lah ini malah kabur aja,, ayo nak kembaliiiiiiiiii
Nggak mau pulanggggg 🙂
bacanaya ringan tapi tetep menarik