Sri membersihkan kamar Bu Dewi dengan cekatan, diambilnya baju-baju kotor yang ada di situ dan dimasukkannya ke dalam keranjang cucian. Sri kemudian segera menyapu lantai kamar yang besar itu. Tiba-tiba pandangannya tertuju ke meja kecil di dekat meja rias, ada suatu benda yang menarik perhatiannya. Dihampirinya meja kecil itu dan dipegangnya benda yang menarik perhatiannya, sebuah tas yang tampak masih baru.
Sri menimang-nimang tas branded itu. Bentuknya cantik sekali. Terbuat dari kulit sintetis yang diemboss berwarna putih dengan aksen kulit sintetis bertekstur kulit ular. Berkali-kali dia menimang lalu menaruhnya kembali, lalu kembali mengambil dan menimangnya lagi. Pikirannya kacau.
Dipandangnya tas itu, jauh sekali bedanya dengan tas miliknya yang warnanya sudah kusam dengan beberapa tambalan disana-sini. Saat itulah wajah tua mbok Siti, ibunya terbayang dalam pikirannya. Wejangan ibunya pun terlintas kembali …
“Sri … eling yo nduk, kerjo sing ngenah, ojo mbujuk, ojo nyolongan. Ngerti yo nduk … Rejeki iku sing ngatur Gusti Allah.. “
Sri menghela nafas panjang, saat akan meletakkan kembali tas itu di tempat semula, seorang wanita muncul di ambang pintu, memergokinya sedang memegang tas putih yang belum sempat dikembalikannya.
“Bu Dewi …” Sri mendesis kaget, tas branded itu jatuh ke lantai. Serta merta karena ketakutan, tanpa pikir panjang diterjangnya majikannya hingga hampir terjatuh dan Sri kemudian berlari secepat kilat keluar rumah.
“Sri… ayo kembali !” Sri menoleh dan melihat Bu Dewi kini berlari mengejarnya.
Sri mempercepat larinya kemudian bergegas menyeberang jalan. Tak dihiraukannya kendaraan yang ramai berlalu lalang di jalanan itu hingga kemudian ..
“Braaakk”
“Sri…!!!” sayup-sayup Sri masih mendengar Bu Dewi menjerit memanggil namanya, lalu terbayang wajah ibunya dan kemudian gelap mulai merangkul dirinya … untuk selamanya …
***
2 hari kemudian … hari ulang tahun Sri, sekaligus hari pemakamannya ….
Mbok Sti mengusap air mata yang mengalir di pelupuk matanya. Dipandangnya foto Sri yang tergantung di dinding kamar. Tadi pagi dia bertemu dengan Bu Dewi yang mengurus semua biaya pemakaman dan menyatakan belasungkawa, kemudian memberikan sebuah bungkusan.
“Sri sudah seperti keluarga sendiri bagiku mbok.. Sudah 3 tahun lebih dia bekerja dengan baik. Sebenarnya hari ini , di hari ulang tahunnya aku ingin memberikan Sri sebuah kado. Tapi sayang sekali kenapa Sri begitu ketakutan dan tak menghiraukan panggilanku? Takdir manusia hanya Tuhan yang tau …” kata-kata Bu Dewi tadi pagi terlintas kembali di pikiran Mbok Siti.
Tangan tua Mbok Siti gemetar membuka bungkusan yang terletak di pangkuannya, beberapa saat kemudian sosok tua itu mulai mematung dengan tas branded warna putih berada dalam genggaman tanggannya ……
buat mbok aja tas nya.. bagus mbok 🙁
huhuhuhuhuhu sedihhh 🙁
huwaaa… sedih…kasian si Sri…
salah paham bisa berujung malapetaka 🙁
hahahahaha… ngakak baca komennya Mbak La
anyway… kisah yg menyentuh mak.. kayaknya dirimu bakat deh bikin kisah2 yang begini… 😀
hm… ini cerita kedua di mana Sri menjadi pembantu dalam prompt kali ini.
ada apa dengan nama? 😀
Sedih banget Mbak, emang ya semua harus dibicarakan biar gak ada prasangka
sedih 🙁
jual aja mbok tasnya.. lumayan loh duitnya 😀
@ Hana : simbok nggak pengen tas, simbok tuh cuma pengen si Sri aja ..
@ Na’ dan Nunung : nangis bareng2 yuk *pelukan*
@ Mayya : bener mbak, semestinya Sri tdk perlu sampai takut seperti itu ya, kan si majikan malah belum sempet ngomong apa2 …
@ latree : wah… betul mbak, kejebak dengan nama nih hi hi …
@ Helda : iya .. Sri takut dituduh mencuri, padahal kan bisa dijelaskan baik2 ya mbak ..
@ Istiadzah : si mbok pasti mau ngejual tasnya mbak, tapi bukan karena pengen duitnya. Klo tas itu masih ada, pasti si mbok akan teringat terus sama Sri..
@ RedCarra : masa sih? Bakat nulis yg sedih2 gitu? Nangis terus dong nanti … lain kali nyoba cerita yg gokil ah .. biar ketawa2 :))
ahahaha… profesi Sri kita sama maak… 🙂
sedih.. 🙁 Sri harusnya ga lari..
@ Hairi : sama ya mbak, tos!
Sri memang tidak seharusnya lari,kan bisa dicoba dijelaskan dulu ya mbak. Karena terlalu ketakutan maka terjadi malapetaka itu ..
aduh, endingnya sedih sekali ya…
kenapa lari Sri?
sangat jarang ada pembantu seperti Sri zaman sekarang. sekarang mah pembantu pinter berkelit…
opssss. malah curcol 🙂
@ Rika : iya kenapa Sri harus lari, padahal dia kan sdh berniat mengembalikan tas itu ya..
Emang mbak jaman sekarang tuh susah cari prt yg niat kerja dan jujur *eh kok jadi ikutan curcol*
endingnya yah.. menyedihkan. semoga kita tidak pernah seperti itu 🙁
aduh sedihnya,coba jangan takut sri
@ Miss Rochma : iya, smoga tdk ada pengalaman kita yg sampai seperti itu ..
@ Erlinda : Sri terlalu ketakutan *sedih bareng2 yuk mbak*
ironis :'(
Bagus ceritanya.mengingatkan masih ad org baik didunia ini, hehe
Iya, diantara 10 orang jahat pasti masih ada 1 orang yang baik 🙂