Kuambil pakaian-pakaianku yang sudah terlipat rapi di keranjang baju dekat meja setrika.
Aku terkejut saat aku secara tak sengaja menyenggol sesuatu yang besar dan menyembul. Astaga! Konde? Tapi, siapa yang pakai konde di rumah ini?
Konde ini bukan konde modern dan terkesan sangat sederhana. Di rumah cuma ada aku, suamiku dan bi Inah. Apa mungkin ini punya bi Inah?
“Bi Inah!”
Bi Inah datang tergesa “Iya, Bu?”
“Konde siapa ini? Kenapa ada disini?”
“Oh, konde itu punya saya. Beli di salon kecil dekat pasar tadi siang.”
“Memang buat apa Bi Inah pake konde segala?”
“Bukan buat saya, tetapi buat putri saya, Santi.”
“Bukannya Santi kuliah sambil kerja ya ?”
“Betul, Bu. Santi sudah lulus kuliah dan dua hari lagi acara wisuda, harus pake kebaya. Kebaya saya masih banyak yang bagus Bu, jadi tinggal beli konde ini saja.”
“Kenapa tidak sewa baju di salon saja, kan sekalian dengan make-up nya?”
“ Rias wajah? Santi bisa kok sedikit-sedikit, kalau ke salon mahal, Bu.” Tutur bi Inah polos.
Aku tercenung, membayangkan Santi memakai kebaya bi Inah dan konde tadi.
Kupandang perempuan yang sudah setia menemaniku selama lebih dari 3 tahun ini. Bi Inah, seorang perempuan yang rajin dan cekatan, bekerja dari pagi sampai jam 5 sore, setelah itu pulang kembali ke rumahnya.
“Boleh aku menemani Bi Inah ke acara wisuda nanti? Biar aku yang mengantar kalian ke tempat acaranya.”
“Tentu saja boleh, Bu. Terima kasih banyak.” Bi Inah mengangguk santun. Aku berlalu dari hadapan bi Inah. Tiba-tiba aku ingat sesuatu.
Dua hari kemudian, di gedung tempat acara wisuda berlangsung …
Santi, terlihat anggun dengan kebaya modern warna putih yang selaras dengan warna jarik yang dipakainya. Konde tradisionalnya yang sederhana terlihat lebih cantik dengan sedikit hiasan bunga melati kecil di sekelilingnya. Berkali-kali bi Inah memeluk erat tubuh putrinya, sambil sesekali mengusap matanya yang basah.
Santi tersenyum memandangku, kurasakan sorot matanya memancarkan rasa terima kasih.
Aku menghela napas lega. Tak sia-sia aku les merias wajah, dan tak sia-sia juga aku menyimpan kebayaku saat lamaran dulu. Semuanya ternyata masih bisa bermanfaat bagi orang lain.
word : 337
Cerita yang rapi dan pas untuk dinikmati 🙂
Untunglah saya bukan cewek, jadi ga terlalu “menderita” dengan “kewajiban” berdandan saat wisuda, hehehe
iya, klo cewek ribet banget 🙂
sederhana tapi…co cwiiit 😀
Makasih, idenya yang muncul cuma ini 🙂
So sweeet Mak 🙂
yang terakhir menurutku ga usah dibuang udah Ok 🙂
makasih mak Hana 🙂
Kereeenn.. 🙂
Suka endingnya.. 😀
bikin ending itu susah ya, bingung, jadinya gini 🙂 Makasih mbak.
🙂
mbak La, mana commentnya ? 🙂
ceritanya menarik bgt Mba, singkat namun endingnya manis…. Sukaaa 🙂
Awan, makasih sudah mampir di sini .. 🙂
enak dibacanya :))
makasih mbak Sari 🙂
iya cerita kali ini nggak ada twist nya 🙂
lah, jadi inget dulu. Karena pada nggak mau pake konde, temen-temenku pada pake jilbab semua *hihihi* 😀
kenangan saat wisuda ya? Mbak Rini sendiri pake konde apa nggak? 🙂
Simple tapi sangat mengharukan,,,
Makasih ya sudah mampir ..
Waahh baik banget ya si aku 🙂
Iyaa 🙂