“Raka, jangan berdiri di situ! Duduk sana!”
“Aku kan pingin liat laut. Sebentar saja, Ma.”
“Anginnya besar, Ka. Duduk saja bareng Papa dan Ade!”
“Aku mau foto lautnya sebentar.”
“Nggak usah! Ayo duduk!”
Segera kutarik Raka, duduk di kursi kapal bagian tengah bersama Papa dan Ade.
“Raka, Ade, sudah dimakan permen jahenya?”
“Sudah.”
Hampir setengah jam perjalanan. Kulirik Raka dan Ade di sebelahku, sepertinya mereka baik-baik saja. Aku terlalu cemas mereka akan mabuk laut. Goyangan kapal terasa sekali, angin cukup kencang kali ini.
“Ma, mau lagi permennya. Ma… Ma… kok diam aja. Lho kenapa wajah Mama pucat? Mama mabuk laut, ya?”
***
Word : 100
ternyata ibunya yang mabuk
Iyaaaaa 😀
hahaha ternyat amalah mamany ayang mabok
hahahaha iyaaa 😀
kupikir tadi endingnya papahnya kecemplung laut mba hihiiiii….
duh jangan ah, masa papahnya cemplung di laut. Gawat! 😀
*lanjutan cerita*
“Mama ngomong dong. Wajah mama pucat banget!”
Telunjuk kuarahkan ke kanan, pada langit yang cerah. Biru sepanjang mata memandang. Tapi, tidak hanya biru. Ada warna-warna coklat yang berasal dari tentakel-tentakel raksasa. Merayap dalam hening di geladak.
“K..k..kraken!”
*oke, imajinasi saya hari ini memang di luar batas. *sign off*
Monsteeeerrrr! Wow, lanjutannya keren deh.