Ini pertama kalinya aku pergi ke Bali dan berkunjung ke Pantai Kuta ini. Pantai yang indah, pantas saja orang tidak bosan berkunjung ke sini, meski sudah berkali-kali.
Aku duduk di pasir dan membiarkan saja celana panjangku terkena butir-butir halus pasir itu. Kunikmati segarnya angin yang memporak-porandakan rambutku. Semburat jingga di kejauhan sungguh membuatku terpesona.
Seorang ibu tiba-tiba menghampiriku, tersenyum memperlihatkan deretan giginya yang putih.
“Non, mau dikepang rambutnya?”
“Oh, kepang rambut? Yang lain saja, Bu.”
“Biar cantik lho, murah kok.”
Nggak usah dikepang juga sudah cantik kok, Bu.
“Memang berapa sih harganya?”
“Seratus ribu.”
Ya ampuunn, dikepang saja kok minta seratus ribu? Kalau semahal itu, mending minta Bi Inah saja buat mengepang rambutku.
“Mahal amat sih. Sepuluh ribu saja, ya?”
“Lha kalau cuma segitu, tidak cukup buat makan sehari. Enam puluh ribu saja, Non.”
“Tiga puluh ribu.”
“Tambahin dikit, Non.”
Kugelengkan kepalaku sambil tersenyum kepada si ibu tadi. Sebenarnya aku tidak terlalu berminat untuk dikepang, jadi sengaja aku tawar semauku. Tetapi akhirnya dia setuju juga dengan harga yang kutawarkan. Dia berjongkok dan mulai mengepang rambutku dengan cekatan. Tidak sampai 10 menit rambut sebahuku sudah selesai dikepang kecil-kecil.
“Ini uangnya, Bu. Makasih.”
Kuangsurkan uang tiga puluh ribu kepada si ibu tadi dan memasukkan kembali dompet ke dalam tas yang kuletakkan di sampingku. Kuraba-raba kepangan rambutku dengan hati-hati, mencoba menerka jumlah kepangan kecil yang kini menghiasi rambutku.
“Sama-sama, Non. Tuh, cantik jadinya.”
Penasaran, akhirnya kuambil handphone untuk melihat hasil dari kepangan rambutku.
Aih, bener juga, jadi kelihatan unik rambutku. Foto dulu ah, terus upload ke facebook…
Aku mulai sibuk berfoto selfie dengan berbagai gaya. Puas berfoto ria, kuraih tasku yang masih tergeletak di pasir dan memasukkan handphone ke dalamnya. Si ibu yang mengepang rambutku tadi sudah pergi entah kemana. Aku bersiap untuk pergi meninggalkan Pantai Kuta, tetapi tiba-tiba aku ingat sesuatu. Kuaduk-aduk isi tasku dengan cepat dan seketika wajahku menjadi pucat.
Dompetku hilaaaanggg!!!
***
word : 315
*Selfie : memotret diri sendiri
waduh jadi keluar uang lebih dari 100rb dong mbak kalau dompet yang hilang
iya, bener mb Lidya 🙂
hahaha… itu ibu saking mangkelnya, mbak :))
gara2 keasyikan berfoto selfie 🙂
Emang ngepang beneran sampe sratus rebu mak? kmarin aq di kuta ditawari pijat ahaah
bukan aku sih, tapi anakku yg dikepang. Ibu itu buka harganya 100 rb, aku nggak tau biasanya berapa ya klo kepang? Nah, klo pijat berapa, Jiah ?
makanya kalo nawar jangan teerrrlaaaluuu (*gaya roma irama) #eh 🙂
hahaha .. 🙂
antara pengen nangis dan ketawa nih bacanya.
Kalau di Kuta memang harus pintar-pintar nawar sih. hehehehe. untungnya beberapa kali di pantai itu gak pernah kehilangan dompet. 🙂
Lihat foto mba jadi pengen lagi ke sana.
Sore-sore sebelum terbenam. Duduk menghadap laut. Lagu di handphone standby dengan lagu sendu. hahahahahaha.
Asik mba di Kuta sore-sore denger lagu sendu.
aku pernah kehilangan di pantai, bukan dompet sih, tapi sandal. Sandal kesayangan lagi hiks…
Iya, view nya bagus pas sunset.
Hhmm ..asyik juga dengerin lagu sendu, mandangin sunset dan sendirian *jd ngebayangin .. 🙂
Klo buat yg ngalamin sih, cerita tragis kayaknya 🙂
hoalaaaahh…apesssss banget dah, makanya jangan narsis mulu hihihihi
iyaaaa, gara-gara narsis iniiiii 🙂
lucuuuuuuuuuuuuu! hehehhe ngeselin itu tukang ngepang
:)))))))))
eh
:((((((((
Yah, kenangan di pantai Kuta yang tak terlupakan itu namanya 😀
semoga kelak tergantikan dengan isi dompet yang lebih banyak 🙂